Rabu, 09 Januari 2008

Kemukjizatan Al_qur'an

BAB I

PENDAHULUAN

Sebelum berbicara tentang isyarat-isyarat ilmiah Al-Quran, terlebih dahulu perlu digaris bawahi bahwa Al-Quran bukan suara kitab ilmiah sebagaimana halnya kitab-kitab ilmiah yang dikenal selama ini. Salah satu hal yang membuktiksn kebenaran pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat Nabi tentang keadaan bulan. Yang dimana terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 189, yang artinya “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan”.

Menurut arti ayat tersebut. Mereka bertanya mengapa bulan (sabit) terlihat dari malam ke malam membesar hingga purnama, kemudian sedikit demi sedikit mengecil, hingga dari pandangan mata.

Pertanyaan tersebut tidak dijawab Al-Quran dengan jawaban ilmiah yang dikenal oleh astronom, tetapi jawabannya justru diarahkan kepada upaya memahami hikmah di balik kenyataan itu.

Demikian terbaca dalam surah Al-Baqarah (2): 189. Namun demikian, karena Al-Qur’an adalah kitab petunjuk untuk kebahagian dunia dan akhirat, tidak jika didalamnya terdapat berbagai petujuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, guna mendukung fungsinya sebagai kitab petunjuk.

Dalam wahyu pertama, dikemukakannya beberapa prinsip pokok pandangannya tentang ilmu serta pemanfaatannya. Secara sedikit terperinci persoalan ini diuraikan dalam makalah ini.

Perlu dicatat bahwa hakikat-hakikat ilmiyah yang disinggung Al-Qur’an, dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan syarat makna, sekaligus tidak terlepas dari ciri umum redaksinya, yakni memuaskan orang kebanyakan dan para pemikir. Orang kebanyakan memahamiredaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan para pemikir melalui perenungan dan analisis mendapatkan makna-makna yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan itu. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat pada pembahasan berikut ini.

Dalam hal mengetahui bagaimana ISYARAT-ISYARAT ILMIAH AL-QURAN maka diperlukan kepedulian masyarakat untuk mengetahui dan diamalkan kepada seluruh umat islam.Dan jadikan Al-Quran sebagai pedoman kita untuk menuju keselamatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ihwal Reproduksi Manusia

Al-Qur’an berbicara panjang lebar tentang manusia, dan salah satu yang diuraikannya adalah persoalan reproduksi manusia, serta tahap-tahap yang dilaluinya hingga tercipta sebagai manusia ciptaan Tuhan yang lain daripada yang lain. Berikut dikemukakan sekelumit tentang persoalan ini, khususnya yang berkaitan dengan tahap pembuahan atau pertemuam sperma dan ovum.

Terdapat paling tidak tiga ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang sperma (mani), yaitu :

Ø Surah Al-Qiyamah (75) : 36-39

Yang artinya ” Apakah manusia mengira bahwa ia akan ditinggalkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah dia dahulu nuthfah dari mani yang dituangkan (ke dalam rahim), Kemidian ia menjadi ’alaqah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya? Lalu Allah menjadikan darinya sepasang lelaki dan perempuan.”

Ø Surah An- Najm (53) : 45-46

Yang artinya ” Dan bahwa sesungguhnya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan, lelaki dan perempuan, dari nuthfah apabila dipancarkan.”

Ø Surah Al-Waqi’ah (56) : 58-59

Yang artinya ” Maka terangkanlah kepada-Ku tentangapa yang kamu pancarkan (mani). Kamukah yang menciptakannya atau kami?”

Ayat Al-Qiyamah tersebut secara tegas menyatakan bahwa nuthfah merupakan bagian kecil dari mani yang dituangkan ke dalam rahim. Kata nuthfah dalam bahasa Al-Qur’an adalah ”setetes yang dapat membasahi”. Informasi Al-Qur’an tersebut sejalan dengan penemuan ilmiyah pada abad kedua puluh ini yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovum hanya satu. Itulah yang dimaksud Al-Qur’an dengan nuthfah dari mani yang memancar.

Selanjutnya ayat An-Najm tadi menginformasikan bahwa dari setetes nuthfah yang memancar itu Allah menciptakan kedua jenis manusia lelaki dan perempuan. Sekali lagi Al-Qur’an memberika informasi yang sangat akurat. Penelitian ilmiyah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma (mani lelaki), yaitu kromosom lelaki yang dilambangkan dengan huruf ”Y”, dan kromosom perempuan yang dilambangkan dengan huruf ”X”. Sedangkan ovum (milik perempuan) hanya semacam, yaitu yang dilambangkan denga X. Apabila yang membuahi ovum adalah sperma yang memiliki kromosom Y, maka anak yang dikandung adalah lelaki, dab apabils X bertemu denga X, Maka anak yang dikandung adalah perempuan. Jika demikian yang menentukan jenis kelamin adalah nuthfah yang dituangkan sang Ayah itu.

Ayat lain yang mengisyaratkan perana sperma dalam menentukan jenis kelamin anak adalah firman-Nya dalam Surah Al-baqarah (2) : 223 :

Yang artinya ” Istri-istri kamu adalah ladang untukmu, maka garapalah ladangmu bagaimana kamu kehendaki.....”

Apabila petani menanam tomat diladangnya, jangan harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat, karena ladang hanya menerima benih. Ini berartin yang mementukan jenis tanaman yang berbuah adalah petani bukan ladangnya. Wanita atau istri oleh ayat tersebut diibaratkan dengan ladang. Jika demikian, bukan wanita yang menentuakan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ’ditanam’ ayah dalam rahim.

Hasil pertemaun antara sperma dan ovum dinamai oleh Al-Qur’an nuthfah amsyaj : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes nuthfah amsyaj (yang bercanpur). Kamin hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu kami jadikan dia melihat dan mendengar. (QS Al-Insan [76]: 2)

Pada 1883, Van Bender membuktiakn bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalm pembentukan benih yang telah bertemu itu, dan pada tahun 1912, morgan membuktikan peranan kromosom dalam pembentukan janin.

Menarik untuk diketahui bahwa kata amsyaj berbentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah masyaj. Sementara itu nuthfah adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalan nuthaf. Sepintas terlihat bahwa redaksi nuthfah amsyaj tidak lurus, karena ia berkedududkan sebagai adjektif atau sifat dari nuthfah, sedangkan bahasa arab menyesuaikan sifat dengan yang disifatinya. Jika feminim, sifatnya pun demikian, dan jika tunggal, sifatnyapun tunggal, serta jika jamak juga jamak. Nah, disini, terlihat bahwa nuthfah berbentuk tunggal, sedangkan amsyaj seperti dikemukakan sebelumnya berbentuk jamak.

Apakah gerangan sebabnya? Keliukah al-Qur’an? Tentu saja tidak. Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa jika sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal mengambil bentuk jamak, itu mengisyaratkan bahwa sifat tersebut mencakup seluruh bagian-bagian kecil dari yang disifatinya. Dalam hal nuthfah, maka sifat amsyaj (bercampur) bukan sekedar bercampunya dua hal sehingga menyatu atau terlihat menyatu, tetapi percampuran itu demikan mantap sehinggan mencakup seluruh bagian dari nuthfah tadi. Nuthfah amsyaj itu sendiri adalah pencampuran sperma dan ovum, yang masing-masing memiliki 46 kromosom.

Jika demikian, wajar apabila ayat tersebut menggunakan bentuk jamak untuk menyifati nuthfah yang memiliki jumlah yang banyak dari kromosom itu. Dan informasi Al-Qur’an tidak berhenti disana. Dilanjutkan bahwa nuthfah tersebut dalam proses sebelumnya menjadin ‘aqalah dengan firman-Nya

Kemidian kami jadikan nithfah itu’aqalah.(QS Al-Mu’minun [23]: 14)

Pakar-pakar Embriologi menegaskan bahwa setelaj terjadi pembuahan (amsyaj), makanuthfah tersebut menyentuh di dinding rahim, dan inilah yang dimaksud oleh Al-Qur’an dengan ’aqalah.

Kata ’aqalah dalam kamus –kamus bahasa mempunyai banyak arti, antara lain segumpal darah, atau sejenis cacing yang terdapat dalam air, apabila diminum dapat lengket di kerongkongan. Kata ’aqalah akar katanya ’aliqa yang berarti ”tergantung”/ melengket. Al-Qur’an menggunakannya dalam konteks uraiannya tentang reproduksi manusia untuk makna terakhir ini. Yaitu ketika nuthfah tersebut melengket di dinidng rahim.

Anda boleh bertanya, ”Dari mana Muhammad (SAW) memperoleh informasi yang demikian akuarat itu, padahal hakikat ilmiyah ini baru ditemukan oleh ilmuan setelah seribu tahun lebih darib kedatangan beliau? Kemidian bukankah beliau adalah seorang ummiy, tidak pandai membaca dan menullis?” Itulah wahyu Allah Yang Maha Mengetahuiyang disampaikan-Nya kepada hamba pilihan-Nya.

B. Ihwal Kejadian Alam Semesta

Al-Qur’an yang mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupkan satu gumpalan melalui firman-Nya :

” Tidakkah orang-orang kafir memerhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan), kemidian kami memisahkannya dan kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriaman? (QS Al-Anbiyah [21] : 30)

Al-Qur’an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, tetapi apa yang dikemukakan tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya tersebut dibenarkan oleh observasi para ilmuan.

Observasi Edwin P.Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. Ini berarti bahwa alam semesta berekspansi (sejalan pula dengan surah Az-zariyat [51]: 47 yang akan ditemukan sebentar lagi) bukannya statisseperti dugaan Einstein (1879-1955).

Ekspansi itu, menurut fisikawan Rusia George Gamow (1904-1968), melahirkan sekitar seratus miliyar galaksi yang masing-masing rata-rata memiliki 100 milyar bintang. Tetapi, sebelumnya, apabila ditarik kebelakang, kesemuanya merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpalan itulah yang meledak dan yang dikenal dengan istalah Big Bang.

Inilah yang agaknya diisyaratkan oleh al-Qur’an dengan memerintahkan orang-orang yang tidak percaya untukmengamati dan mempelajarialam semesta yang tadinya padu itu, kemudian dipisahkan oleh-Nya. Pengamatan tersebut diharapkan dapat mengantar mereka kepada keimananakan keeseaan dan kemahakuasaan Allah SWT.

Hal menarik tentang alam raya lainnya yang diungkap Al-Qur’an adalah apa yang dikenal dewasa ini dengan istilah ”THE EXPANDING UNIVERSE”. Seperti diketahui, alam semesta penuh dengan gugusan bintang yang disebut galaksi yanhg rata-rata memiliki 100.000.000.000 (seratus milyar) bintang dan berjarak jutaan tahun perjalanan cahaya dari bumikita ini.

Salah seorang di antara ilmuan yang mempelajari alam raya adalah Edewin P. Hubble, seorang sarjana di Observatorium Mount Wilson, California, Amerika Serikat. Dalam keasyiakannya mempelajari itu, ia menemukan pada tahun1925 bahwa galaksi-galaksi tersebut disamping berotasi, juga bergerak menjauhi bumi. Semakin jauh letak galaksi dari bumi, semakin cepat gerak tersebut sehingga ada yang memiliki kecepatan seratus ribu kilometer per detik (lebih kurang sama dengan sepertiga kecepatan cahaya).

Tadinya penemuan tersebut ­diduga sebagai sesuatu kesalahan, tapi lama-kelamaan setelah ia diterima oleh banyak ilmuan, akhirnya meraka menyatakan adanya apa yang dinamai ”THE EXPANDING UNIVERSE”. Menurut rteori ini, alam semesta bersifat seperti balon atau gelembung karet yang sedang ditiup kesegala arah. Langit yang kita lihat dewasa ini, sehbenarnya semakin tinggi dan semakin mengembang kesegala arah dengan kecepatan yang luar biasa.

Itulah agaknya yang antara lain yang diperintahkan oleh firman Allah :

Tidakkah meraka memperhatikan bagaimana unta diciptakan dan langit ditinggikan. (QS Al-Ghasyayah [88] : 17-18)

Bumi kita diliputi oleh ruang angkasa atau langit. Langit ditinggikan berarti ia bergerak sedemikian rupa kearfah tegak lurus pada seluruh permukaa bumi. Dan karena bumi bulat, ini berarti langit yang melindungi bumi itu harus mengembang kesegala arah. Dcemikian ayat Al-Gasyiyah ini bertemu maknanya bahkan dipertegas oleh firman-Nya :

Dan langit kami bangun denga kekuasam (kami), dan sesengguhnya kami benar-benarmeluaskan/mengembangkannya. (QS Az- Zariyat [51] : 47).

Sekali lagi kit boleh bertanya, ”Dari mana Nabi Muhammad SAW, mengetahui informasi itu?” tidak ada jawaban yang paling logis, kecuali bahwa ”Yang demikian itu adalah informasi y ang berasal dari Tuhan Yang Menciptakan alam raya ini.

C. Ihwal Pemisahan Dua Laut

Surah Al-Furqan (25): 53 menjelaskan, dengan arti bahwa : Dan Dia (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), ini tawar lagi segar,dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia dijadikan diantara keduanya dinding dan batas yang menghalanginya.

Ini berarti bahwa ada pemisah yang diciptakan oleh Allah SWT pada lokasi-lokasi tempat bertemunya laut dan sungai itu.

Secara sepintas ada yang berpendapat bahwa pemisah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah diciptakan oleh Allah laut lebih besar dan banyak airnya dari sungai, dan pada saaat yang sama di lokasi-lokasi pertemuan laut dan sungaiitu, laut diciptakan dalam posisi yang rendah dari sungai, sehingga ia tidak dapat bercampur dengan air sungai; sedangkan air sungai karena lebih sedikit dibandingkan dengan air laut, walaupun posisi lebih tinggi, ia tidak dapat menjadikan air laut itu tawar dan segar.

Pendapat ini kemudian ditinjau kembali, khususnya setelah kemajuan-kemajuan yang dicapai manusia dalam ilmu kelautan. Hal ini dimulai dari perjalanan ilmiah yang dilakukan oleh sebuah kapal berkebangsaan Inggris ” Challenger” (1872-1876) hingga pengunaan alat-alat canggih di angkasa guna penelitian dan pemotretan jarak jauh ke dasar laut. Harus diingat bahwa ketika pengetahuan tentang laut masih amat terbatas, namun demikian-seperti terbaca tadi-Al-Quran telah menginformasikan bahwa Tuhan melakukan apa yang diistilahkan-Nya dengan kata ” Maraja al-ibrahim” dan bahwa antara laut dan sungai ada barzakh dan hijran mahjura.

Kata Maraja dalam kamus bahas amempunyai dua arti : pertama berrati bercampur dan kedua berarti kepergian dan kepulangan,keterombang-ambingan dan kegelisahan. Demikian Ibnu Paris dalam bukunya, Mu’jam Maqayis Al-Lughah, dan Ar-Raghib Al-Isfahani dalam kamus-kamus bahasa diartikan sebagai larangan, halangan, atau penyempitan. Sementara kata Mahjura berarti sesuatu yang terhalang. Jika demikian, hijran mahjura adalah suatu halangan yang menjadikan apa yang terdapat di sana (mahkluk hidup) terhalang untuk dapat keluar dan hidup di dalam lokasi yang sempit (terhalang) itu dibandingkan dengan luasnya samudra.

Dari bunyi ayat tersebut, diketahui bahwa ada sungai yang ’adzbun furat. Adzb berarti tawar dan furat berarti amat segar. Anda perhatikan bahwa ayat itu tidak menyatakan adzbun wa furat (tawar dan segar) tetpai menggabungkan keduanya tanpa kata penghubung ”dan” sehingga airnya benar-benar sangat tawar lagi segar. Berarti bahwa air tidak terlalau asin, atau air tidak terlalu tawar, tidak termasuk dalam pembicaraan ayat ini.

Setiap orang dapat melihat ada air sungai yang terjun ke laut dan apabila diamati terbukti bahwa air sungai itu sedikit demi sedikit berubah warna dan rasanya sejauh pencampurannya dengan air laut. Dari kenyataan tersebut dapat dipahami bahea ada jenis air sungai dan air laut yang telah bercampur, namun tidak dinamai adzbun furat (tawar lagi segar) atau sebaliknya Milhun ujaj (asin yang sangat pahit). Air ini berda pada lokasi yang memisahkan antara laut dan sungai, pergi-pilang, terombang –ambing, sesuia dengan pasang-surut laut serta melimpah dan keringnya sungai. Bertambah kegaramannya dan berkurang ketawarannya apabila mendekat ke laut, dan berkurang kegaramannya serta bertamabhnya rasa tawarnya apabila mendekat ke sungai.

Kembali kepada ayat tadi, di sana dijelaskan bahwa Allah Swt, telah menciptakan barzakh (pemisah) yang memelihara ciri masing-masing air laut dan sungai sehingga walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat yang tinggi, ciri-ciri tersebut tetpa terpelihara (adzbun furat dan milhun ujaj). Barzakh ini berfungsi menghalangi kedua air tersebut,sehingga tidak satu pun keduanya yang dapat menghapus sama sekali cirinya.

Pada abad 1873, para pakar ilmu kelautan dengan menggunakan kapal ”Chalangger” yang tersinggung sebelum ini, menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temperartur, jenis ikan/ binatang, dan sebagainya. Namun demikian, pertanyaan yang tetap muncul adalah mengapa air tersebut tidak bercampur dan tidak menyatu?

Jawabannya baru ditemukan pada abad 1948, setelah penelitian yang lebih saksama menyangkut samudra. Rupanya perbedaan-perbedaan mendasar yang disebutkan itu menjadikan setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentuk terftentu terpisah dari jenisair yang lain, betapapun ia mengalir jauh.

Gambar-gambar dari luar angkasa pada akhir abad ke-20 ini menunjukkan dengansangat jelas adanya batas-baras air laut tengah yang panas dan sangat asin, dan di samudra Alantik yang temperatur airnya lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah. Batas-batas itu juga terlihat di laut Merah dan Teluk Aden.

Muhammmad Ibrahim As Sumaih-guru besar pada Fakultas Sains, jrusan Ilmu Kelautan Universitas Qatar dalam penelitiannya yang dilakukan di Teluk Oman dan Teluk Persia (1984-1988), melalui sebuah kapal peneliti, menemukan perbedaan terperinci dengan angka-angka dan gambarpada kedua teluk tersebut. Penelitiannya menemukan adanya daerah teluk itu yang dinamai Mixed Water Area atau daerah barzakh (dalam istilah Al-Quran). Hasil penelitiannya juga menemukan adanya dua tingkat air pada daerah tersebut.Pertama, tingkat permukaan yang bersumber dari Teluk Oman, dan kedua, tingka bawah yang bersumber dari Teluk Persia. Adapun area yang jauh dari Mixed Water Area itu, tingkat air seragam adanya.

Garis pemisah atau Barzakh yang memisahkan kedua tingat pada mixed water area tersebut berupa daya tarik stabil (gravitational stability) yang terdapat pada kedua tingkat tersebut sehingga menghalangi percampuran dan pembaurannya. Gris pemisah tersebut terdapat pada kedalaman antara 10hingga 50 meter, kalau pertemuan air itu secara horizontal.

Nah, itulah barzakh yang disebut oleh QS Al-Furqan (25) : 53, yang mempunyai arti : Allah membiarkan dua laut (air sungai dan laut) mengalir berdampingan, yang ini tawar lagi segar dan yang itu asin lagi pahit, dan Allah menjadikan antara keduanya barzakh........... (sehingga tidak bercampur).

Air sungai Amazon yang mengalir deras ke Laut Atlantik sampai batas dua ratus mil masih tetap tawar. Demikian juga mata air-mata air di teluk Persia.Ikan-ikannya sangat khas dan masing-masing tidak dapat hidup kecuali di lokasinya.Agaknya itulah yang dimaksud oleh Al-Quran dengan hijran mahjura.

D.Ihwal Awan

Tidaklah kamu melihat (bagaimana) Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kamu melihat hujan keluar dari celah-celanya (awan). Allah juga menurunkan (butiran-butiran) es bermula dari langit (yaitu dari gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilatnya hampir-hampir mengilangkan penglihatan. (QS An_Nur [24]-43).

Ayat ini berbicara tentang awan dan proses terjadinya hujan. Hal-hal yang diinformasiakn ayat itu adalah :

Proses turunnya hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit demi sedikit. Para ilmuan menjelaskan bahwa awan tebal bermula dari dorongan angin yang menggiring kawanan awan kecil menuju convergence zone (daerah pusat pertemuan [awan]).

Pergerakan bagian-bagian awan ini menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalamperjalanannya terutama disekitar convergence zona itu. (Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah mengarak awan ). Awan yang dimaksud disini adalah awan tebal, karena seperti diketahui oleh ilmuwan masa kini bahwa awan bermacam-macam. Al-Quran juga mengisyaratkan bahwa ada awan yang tidak membawa hujan. Seperti yang terdapatpada surah (QS Al-Hijr[15] : 22) yang artinya” Kami mengutus /meniupkan angin untuk mengawinkan, maka Kami turunkan dari langit nhujan, dan sekali-kali bukanlah Kamu menyimpannya”.

Kata mengumpulkan dalam ayat An-Nur itu sama maksudnya dan ditafsirkan caranya oleh kata Lawa’qiah (mengawinnkan) dalam ayat Al-Hijr ii. Itu berarti bahwa ada waan positif dan awan negatif yang digabungkan oleh angin sehingga menurunkan hujan, tanpa keberadaan keduanya hujan tidak dapat turun.

Kita berhenti sejenak untuk bertanya, “Siapa gerangan yang memberi tahu Nabi Muhammad SAW. Tentang tersebut? Siapa yang memberitahukannya bahwa ada awan yang tidak membawa hujan dan siapa pula yang memberikan tahukannya urutan proses itu, dan bahwa pengumpulan (prosse kedua dari pembentukan hujan) memakan waktu yang relatif lama.

Bukankah ayat tersebut menggunakan kata Tsummayang terjemahannya adalah ’Kemudian’ dan yang digunakan untuk menunjukkan perurutan yang relatif cukup memakan waktu ?”Dari mana pula Nabi Muhammmad Saw mengetahui hal tersebut padahal hakikat ilmiah ini baru saja ditemukan oleh para ilmuan?Mereka menyatakan bahwa prose pengarakan awan tebal terkadang memakan waktu bebrapa jam, sedangkan proseskonvergensi dan akumulasi membutuhkan waktu yang lebih singkat (sekitar satu jam atau kurang). Bandingkan dengan pengguanaan kta penghubung Wawu (baca Wa) yang berarti ”dan” ketika ayat tersebut berbicra tentang butiran-butiran es.

Setelah daya angkat pada awan melemah atau mulai hilang kekuatannya, terjadilah tindih-menindih (atau dalam istilah ayat etresebut Yaj’alahu rukaman) dan saat itulah- karena lemahnya proses pengangkatan ke tempat yang lebih tinggi atau hilangnya prose itu sama sekali terbentuklah kawasan-kawasan yang lemah pada awan sehingga ia tidak mampu lagi membawa atau menahan tindihan-tindihan tersebut. Dan ketika itu, keluarlah hujan turun dari celah-celahnya (awan).

Sekali lagi kita bertanya dari mana Nabi Ummiy yang tidak pandai membaca dan menulis itu mampu mengetahui perincian ini?

Selanjutnya ayat An-Nur yang telah dikutip tadi memberikan informasi lain

Allah juga menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, yaitu (dari gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung yang ditimpakannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan palingkannya dari siapa yang dikehendaki-Nya.Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.

Penggalan ayat ini menginformasikan bahwa butiran-butiran es turun dari awan bagaikan gunun. Dan bahwa pada butiran es itu merupakan sebab terjadinya kilat dan bahwa kilatannya merupakan yang paling berkilau, sehingga hampir-hampir saja menghilangkan pandangan. Kini marilah kita dengarkan para milmuan menjelaskan hal ini

Dalam kondisi arus udara yang sangat tinggi dan membubung di dalam awan yang mngandung hujan, dan sebagai akibat perbedaan kecepatan titik embun yang sangat din gin dan butiran-butiran embun (es), maka terjadilah tabrakan yang mengakibatkan berubahnya titik yang sangat dingi itu menjadi es (salju) yang menutupi butiran-butiran embun(es) dan terus membesar sehingga beratnya pun bertambah, dan tidak mampu terbawa oleh arus puncak, sehingga jatuh menimpa siapa dan apa pun dipermukaan bumi, dimana ia jatuh.

E. Ihwal Gunung

Kamu lihat gunung-gunung, kamu sangka ia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. Begitulah perbuatan Allah, membuat dengan kukuh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS An-Naml[27]:88)

Dari hasilrekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati Iran beberapa sentimeter setipa tahunnya. Sebelumnya sekitar lima juta tahun yang lalu Jazirah Arab bergerak memisahkan diri dari Afrika dan membentuk Laut Merah.Sekitar daerah somalia sepanjang pantai Timur ke selatan saat ini berada dalam proses pemisahan yang lamban dan telah membentuk ”Lembah Belah” yng membujur ke selatan melalui deretan danau Afrika.

Itulah agaknya yang dimaksud oleh ayat tadi dengan berjalannya gunung-gunung sebagaimana awan berjalan.

F. Ihwal Pohon Hijau

Asy-syajar al-akhdhar menurut sementara mereka adalah ”zat hijau daun” atau yang dikenal dengan nama clorophyll (klorop=fil). Allah menjadikan dari pohon yang hiaju suatu energi. Begitu pemahaman mereka dari firman Allah dalam QS Ya Sin (36) :80 yang artinya :”Allah yang menjadikan untuk kamu api dari kayu yang hijau, maka kamu dapat menyalakan api darinya kayi hijau itu.”

Bagaiman tumbuh-tumbuhan dapat mengandung tenaga yang muncul sebagai api atau tenaga klorofil ketika bahan tersebut dibakar?jawabannya diisyaratkan oleh ayat tadi.

Dalam plasma sel tumbuh-tumbuhan terdapat zat dinamai chromatophone (pembawa zat pewarna). Bentuk dan warnanya kuning, merah, jingga, dan hijau. Yang terpenting adalah hijau yang dikenal dengan nama ”clorophyll” (dari bahasa Yunani yang berarti ”zat hijau daun ”).Istilah tersebut sebenarnya tidak terlalu tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi juga pada ranting-ranting yang muda, tegasnya pada semua bagian pohon yang hiaju. Dari sini terbukti bahwa istulah yang digunakan dalam Al-Quran lebih tepat yaitu ”asy-syjar-akhdhar” yang terjemahan harfiahnya adalah ”pohon Hijau”.

Klorofil terdiri dari ikatanzat-zat karbon,hidrogen, nitrogen, dan magnesium.Aktivitas utama klorofil adalah menjelmakan zat organik dari zat anaorganik sederhana dengan bantuan sinar matahari.Proses dengan bantuan matahari disebut photosinthesis(fotosintesis), yakni mengadakan sitesis dengan cahaya.

Proses photosinthesis ini ditemukan oleh seorang sarjana Belanda J.Ingen housz,pada akhir abad ke-18M dan diisyaratkan oleh Al-Quran pada abad ke-7.

G.Ihwal Kalender Symsiah dan Qamariah

Al-Quran juga mengisyaratkan perbedaan perhitungan Syamsiah dan Qamariah,yakni ketika Al-Quran menguraikan kisah Ashhab Al-Kahfi (sekelompok pemuda yang berlindung ke sebuah gua.Menurut Al-Quran terdapat pada( QS Al-Kahfi[18] -25) yang artinya ”Mereka tinggal dalamgua mereka selama tig ratus tahun dan ditambah sembilan”.

Penambahan sembilan tahun ini adalah akibat perbedaan penanggalan Syamsiah dan Qamariah

Penanggalan Syamsiah yang dikenal dengan Gregorian Calender yang baru ditemukan pada abad ke-16, berselisih sekitar sebelas hari dari penaggalan Qamariah.Sehingga tambahan sembilan tahun yang disebut oleh ayat tersebut adalah hasil perkalian 300 tahun X 11 hari = 3.300 hari atau sekitar sembilan tahun lamanya. Demikian Nabi Muhammad Saw yang tidak pandai membaca dan menulis menyampaikannya melalui informasi Allah SWT.

BAB III

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Selain yang disebutkan tadi, masih terdapat sederatan isyarat ilmiah Al-Quran yang dikemukakan oleh para pakar, yang tidak mungkin dapat terperinci keseluruhan disini.

    1. Ihwal Reproduksi Manusia, membicarakan tentang manusia dan reproduksi manusia.
    2. Ihwal Kejadian Alam Semesta, menjelaskan tentang kejadian alam yang dimana dalam Al-Quran mengisyaratkan bahwa langit dan bumi merupakan satu gumpalan.
    3. Ihwal Pemisah Dua laut, menjelaskan tentang antara sungai dan laut yang tidak boleh mengalir berdampingan yang dimana air laut asin lagi pahit sedangkan air sungai tawar lagi segar.
    4. Ihwal Awan, mejelaskan tentang awan dan proses terjadinya hujan
    5. .Ihwal Gunung,menjelaskan tentang bukan hanya awan yang bisa bergeser tetapi gunung juga bisa bergeser.
    6. Ihwal Pohon Hijau, menjelaskan tentang istilah sebenarnya tentang klorofil yang dikaitkan dengan bukti kebenaran Al-Quran.
    7. Ihwal Kalender Qamariah dan Syamsiah,berisi tentang perbedaan perhitungan Syamsiah dan Qamariah serta penanggalan Syamsiah yang dikenal dengan Gregorian Calandar.

1 komentar:

Nomaden mengatakan...

Wuiiiih....... Blogger juga ya bi...?
Sekali-kali klo hunting jalan-jalan ke link ini ces:

www.plano2000.ning.com
www.planologi.ning.com
www.cadgis.ning.com

Okey Thanks........